Selain ARV, Adakah Obat Alternatif Sembuhkan AIDS? Okezone.com
Minggu, 1 Januari 2012
KAKAK saya laki-laki berusia 32 tahun
diketahui menderita AIDS sekira 3 tahun lalu. Sebelumnya ia memang
pernah kecanduan narkotika. Setelah berobat teratur di sebuah rumah
sakit di Jakarta Barat, kondisi kesehatannya makin baik. Kekebalannya
pulih, dan ia bisa bekerja seperti biasa. Dokter berpesan untuk
memeriksakan diri setiap dua bulan, melanjutkan pengobatan secara
berkesinambungan.
Bosan minum obat dan mendengar anjuran beberapa temannya, ia
menghentikan obat AIDS sembilan bulan yang lalu dan memilih pengobatan
alternatif di sebuah kota di Jawa Barat. Akibatnya, kondisinya cepat
sekali drop. Dan sebulan yang lalu, ia meninggal dunia setelah dirawat
di sebuah rumah sakit, tapi bukan di rumah sakit tempat ia semula
berobat.
Sekarang, saya khawatir dengan istri dan kedua anak kakak saya itu.
Sebetulnya dokter yang mengobati kakak saya sudah memberikan pengantar
untuk konseling dan tes HIV dua tahun yang lalu. Namun, sampai hari ini
belum dikerjakan. Kedua anaknya tampak sehat, usia mereka delapan dan
lima tahun namun ibunya terlihat semakin kurus.
Pertanyaan saya, obat tradisional yang ada di Indonesia sudah
terkenal puluhan, bahkan ratusan tahun yang lalu. Apakah tidak ada satu
pun yang berguna untuk mengobati penyakit HIV/AIDS? Sebetulnya mana yang
lebih baik, obat ARV gratis yang disediakan pemerintah atau obat
alternatif? Bukankah banyak obat alternatif yang diklaim berguna untuk
mengobati AIDS, bahkan berguna untuk mengobati kanker, penyakit jantung,
asam urat, dan kolesterol?
Dewi, Tangerang
Jawab:
Saya ikut prihatin atas meninggalnya kakak Anda. Masalah putus obat,
memang merupakan salah satu masalah terpenting dalam mengobati penyakit
menahun, semisal TBC, kencing manis, tekanan darah tinggi, ataupun
HIV/AIDS.
Misalnya saja TBC. Obat TBC bisa didapatkan gratis di Puskesmas. TBC
dapat disembuhkan total dengan obat gratis tersebut, namun banyak sekali
pasien TBC yang putus obat, dan TBC tetap menjadi salah satu penyebab
kematian tersering di Indonesia. Padahal, lama pengobatan TBC hanya enam
sampai sembilan bulan.
Dapat dimaklumi, betapa bosan almarhum kakak Anda minum obat selama
dua tahun lebih. Belum lagi obat AIDS ada yang menyebabkan anemia
(Zidovudin), alergi berat (Nevirapin), pusing dan kesemutan yang lumayan
mengganggu, walaupun tidak sukar untuk mengatasi efek samping tersebut.
Tanpa mengonsumsi ARV, semua orang yang terinfeksi HIV, lambat atau
cepat akan memburuk kesehatannya dan meninggal. Artinya, manfaat ARV
jelas sekali, dapat menyelamatkan nyawa, memperbaiki kualitas hidup,
namun memang ada efek sampingnya – yang bisa diobati dan bisa
diantisipasi.
Adapun mengenai obat tradisional, seperti beras kencur, kunyit, cabe
puyang, daun pepaya, jahe, semuanya memang baik untuk menjaga kesehatan
dan terbukti aman setelah ratusan tahun dipakai oleh nenek moyang kita.
Untuk ODHA, posisi jamu tradisional adalah pengobatan tambahan
(suportif), bukan untuk mengobati dan membunuh virus HIV. Artinya, ARV
wajib dikonsumsi jangka panjang boleh ditambah obat tradisional, beras
kencur misalnya.
Bagaimana mengenai buah merah dan mahkota dewa? Sama saja, ARV harus
terus dilanjutkan. Buah-buahan dan sayur juga perlu setiap hari diamkan
untuk menjaga kesehatan. Buah dapat berupa tomat, mangga, pisang,
pepaya, jambu atau buah merah. Semua sama baiknya untuk kesehatan tubuh
kita. Demikian pula sayur, boleh kacang panjang, bayam, kangkung, labu
siam, wortel, daun singkong atau yang lain. Dari banyak penelitian yang
ada, sampai sekarang tidak ada bukti sama sekali buah merah dan daun
mahkota dewa berguna untuk melawan virus HIV.
Lagi pula, kalau ada obat, zat, makanan, atau buah-buahan yang
mengklaim dapat mengobati segala penyakit, hampir pasti itu tidak benar.
Bahkan mungkin ada faktor pembodohan atau penipuan di sana. Di dunia
ini, tidak ada obat dewa (magic bullet) yang dapat mengobati sekaligus
beberapa penyakit seperti AIDS, kanker, dan sekaligus pula bisa
menyembuhkan penyakit gout, kolesterol, kencing manis, dan penyakit
jantung. Kembali ke klinik Yayasan Pelita Ilmu (YPI) atau Pokdisus AIDS
FKUI-RS Cipto Mangunkusumo untuk konseling dan tes HIV.
Salam
Prof Dr Zubairi Djoerban, SpPD-KHOM
Konsultan Hematologi-Onkologi Medik FKUI/RSCM (ind)
Konsultan Hematologi-Onkologi Medik FKUI/RSCM (ind)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar