Sabtu, 12 Januari 2013

50% Perempuan Di jawa Barat Nikah Muda





JABARTODAY.COM – BANDUNG

Meski tergolong salah satu provinsi maju di Indonesia, rupanya angka pernikahan dini di Jawa Barat masih tinggi. Bahkan, median kawin pertama keluarga di Jawa Barat masih berkutat pada angka 19 tahun. Artinya, lebih dari 50 persen perempuan menikah pada usia di bawah 19 tahun.



“Angkanya saya tidak tahu persis. Tapi, dari angka median kawin pertama sudah bisa diperkirakan,” ujar Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jabar Siti Fathonah saat ditemui usai menghadiri peringatan Hari Anak Nasional tingkat Jawa Barat di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Jalan Tamansari, Bandung, Senin (24/9).

Mengapa mereka menikah muda? Menurut Fathonah, keputusan menikah muda sebenarnya bukan keputusan seorang anak, melainkan keputusan orang tua. Merujuk pada data BKKBN, sebagian besar pemicu pernikahan dini adalah faktor ekonomi. Banyak di antara orang tua memilih menikahkan anaknya dengan tujuan mengurangi beban ekonomi keluarga.

Dia mencontohkan, ketika sebuah keluarga miskin akan menyekolahkan anaknya, maka harus ada beban keluarga yang dilepas. Akhirnya, kakak si anak yang akan masuk sekolah tadi harus menikah.

“Karena itu, saya sangat setuju dengan gagasan Pak Gubernur (Jawa Barat) untuk menggulirkan pendidikan universal 12 tahun. Dengan sekolah hingga SMA, maka setidaknya seorang anak tidak akan menikah. Kalaupun satu tahun setelah lulus SMA menikah, tentu usianya tidak terlalu muda,” kata Fathonah.

Sejalan dengan upaya pendewasaan usia perkawinan (PUP), terang Fathonah, pihaknya aktif melakukan pembinaan melalui sejumlah program. Salah satunya dengan program Pusat Informasi dan Konseling (PIK) bagi remaja maupun mahasiswa. Dengan tersedianya informasi dan saluran untuk berkonsultasi, Fathonah optimistis akan muncul kegiatan-kegiatan positif yang bisa diikuti remaja.

“Memang harus ada tindakan preventifnya. Itulah yang dilakukan BKKBN. Tugas ini tentu tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan perlu digerakkan semua sekotr agar remaja bisa berkegiatan positif, tidak langsung menikah,” tegas perempuan yang sebelumnya banyak bergelut dengan masalah-masalah remaja saat masih berkantor di BKKBN pusat tersebut.

Disinggung mengenai peringatan Hari Anak Nasional, Fathonah menilai hal itu hanya momentum penyadaran. Dalam kegiatan ini, BKKBN Jabar turut berpartisipasi dengan turut membuka stand pameran Bina Keluarga Balita (BKB). Lebih dari itu, Fathonah meyakini bahwa makna hari anak harus ada setiap hari.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengungkapkan, pendidikan tak hanya bermanfaat bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan juga menjadi sarana paling efektif untuk meningkatkan usia kawin. Dengan kata lain, pendidikan secara alamiah merupakan bentuk PUP.

“Angka kawin muda terjadi di daerah-daerah dengan angka partisipasi sekolah rendah. Selain karena kurang memahami arti penting PUP, mereka relatif tidak punya alasan untuk tidak kawin. Barangkali memang karena tidak kegiatan lain. Di sanalah terjadilah praktik kawin muda. Padahal, mereka belum matang secara psikologis maupun kesehatan dan finansial,” kata Heryawan.(NJP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar