Jumat, 09 Maret 2012

 

Selain ARV, Adakah Obat Alternatif Sembuhkan AIDS? Okezone.com


Minggu, 1 Januari 2012

KAKAK saya laki-laki berusia 32 tahun diketahui menderita AIDS sekira 3 tahun lalu. Sebelumnya ia memang pernah kecanduan narkotika. Setelah berobat teratur di sebuah rumah sakit di Jakarta Barat, kondisi kesehatannya makin baik. Kekebalannya pulih, dan ia bisa bekerja seperti biasa. Dokter berpesan untuk memeriksakan diri setiap dua bulan, melanjutkan pengobatan secara berkesinambungan.

Bosan minum obat dan mendengar anjuran beberapa temannya, ia menghentikan obat AIDS sembilan bulan yang lalu dan memilih pengobatan alternatif di sebuah kota di Jawa Barat. Akibatnya, kondisinya cepat sekali drop. Dan sebulan yang lalu, ia meninggal dunia setelah dirawat di sebuah rumah sakit, tapi bukan di rumah sakit tempat ia semula berobat.

Sekarang, saya khawatir dengan istri dan kedua anak kakak saya itu. Sebetulnya dokter yang mengobati kakak saya sudah memberikan pengantar untuk konseling dan tes HIV dua tahun yang lalu. Namun, sampai hari ini belum dikerjakan. Kedua anaknya tampak sehat, usia mereka delapan dan lima tahun namun ibunya terlihat semakin kurus.

Pertanyaan saya, obat tradisional yang ada di Indonesia sudah terkenal puluhan, bahkan ratusan tahun yang lalu. Apakah tidak ada satu pun yang berguna untuk mengobati penyakit HIV/AIDS? Sebetulnya mana yang lebih baik, obat ARV gratis yang disediakan pemerintah atau obat alternatif? Bukankah banyak obat alternatif yang diklaim berguna untuk mengobati AIDS, bahkan berguna untuk mengobati kanker, penyakit jantung, asam urat, dan kolesterol?
Dewi, Tangerang

Jawab:
Saya ikut prihatin atas meninggalnya kakak Anda. Masalah putus obat, memang merupakan salah satu masalah terpenting dalam mengobati penyakit menahun, semisal TBC, kencing manis, tekanan darah tinggi, ataupun HIV/AIDS.

Misalnya saja TBC. Obat TBC bisa didapatkan gratis di Puskesmas. TBC dapat disembuhkan total dengan obat gratis tersebut, namun banyak sekali pasien TBC yang putus obat, dan TBC tetap menjadi salah satu penyebab kematian tersering di Indonesia. Padahal, lama pengobatan TBC hanya enam sampai sembilan bulan.

Dapat dimaklumi, betapa bosan almarhum kakak Anda minum obat selama dua tahun lebih. Belum lagi obat AIDS ada yang menyebabkan anemia (Zidovudin), alergi berat (Nevirapin), pusing dan kesemutan yang lumayan mengganggu, walaupun tidak sukar untuk mengatasi efek samping tersebut.
Tanpa mengonsumsi ARV, semua orang yang terinfeksi HIV, lambat atau cepat akan memburuk kesehatannya dan meninggal. Artinya, manfaat ARV jelas sekali, dapat menyelamatkan nyawa, memperbaiki kualitas hidup, namun memang ada efek sampingnya – yang bisa diobati dan bisa diantisipasi.

Adapun mengenai obat tradisional, seperti beras kencur, kunyit, cabe puyang, daun pepaya, jahe, semuanya memang baik untuk menjaga kesehatan dan terbukti aman setelah ratusan tahun dipakai oleh nenek moyang kita. Untuk ODHA, posisi jamu tradisional adalah pengobatan tambahan (suportif), bukan untuk mengobati dan membunuh virus HIV. Artinya, ARV wajib dikonsumsi jangka panjang boleh ditambah obat tradisional, beras kencur misalnya.

Bagaimana mengenai buah merah dan mahkota dewa? Sama saja, ARV harus terus dilanjutkan. Buah-buahan dan sayur juga perlu setiap hari diamkan untuk menjaga kesehatan. Buah dapat berupa tomat, mangga, pisang, pepaya, jambu atau buah merah. Semua sama baiknya untuk kesehatan tubuh kita. Demikian pula sayur, boleh kacang panjang, bayam, kangkung, labu siam, wortel, daun singkong atau yang lain. Dari banyak penelitian yang ada, sampai sekarang tidak ada bukti sama sekali buah merah dan daun mahkota dewa berguna untuk melawan virus HIV.

Lagi pula, kalau ada obat, zat, makanan, atau buah-buahan yang mengklaim dapat mengobati segala penyakit, hampir pasti itu tidak benar. Bahkan mungkin ada faktor pembodohan atau penipuan di sana. Di dunia ini, tidak ada obat dewa (magic bullet) yang dapat mengobati sekaligus beberapa penyakit seperti AIDS, kanker, dan sekaligus pula bisa menyembuhkan penyakit gout, kolesterol, kencing manis, dan penyakit jantung. Kembali ke klinik Yayasan Pelita Ilmu (YPI) atau Pokdisus AIDS FKUI-RS Cipto Mangunkusumo untuk konseling dan tes HIV.

Salam
Prof Dr Zubairi Djoerban, SpPD-KHOM
Konsultan Hematologi-Onkologi Medik FKUI/RSCM (ind)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar